Setelah tadi malam saya
share tentang asal usul Sunan Gresik, malam ini saya akan menceritan
salah satu karomah yang dimilik oleh beliau pada saat menyebarkan agama Islam
di tanah Jawa. Dikisahkan pada suatu hari dalam perjalanan dakwah ke sebuah
dusun yang diberkahi dengan tanah yang lumayan subur, Syekh Maulana Malik
Ibrahim bersama seorang muridnya singgah di sebuah rumah, Rumah itu milik orang
kaya yang amat kikir.
Rupanya
Syekh Maulana Malik Ibrahim ingin menemui sang pemilik rumah yang tak lain
adalah salah seorang muridnya. Ia ingin menasihati muridnya agar meninggalkan
sifat kikirnya yang tidak baik itu. Karena menurut cerita orang-orang sekita,
sang pemilik rumah tersebut menimbun berton-ton
beras. Halaman rumahnya luas. Di sana tersusun berkarung-karung beras hasil
pertanian tapi tidak mau bersedekah.
Sesampainya
di rumah tersebut Sunah Gresik disambut baik oleh pemilik rumah, dihidangkanlah
jamuan yang baik bagi Syekh Malik. Sesaat berselang, datanglah seorang
pengemis, perempuan tua, ke hadapan orang kaya itu.
“Tuan,
saya lapar sekali, bisakah saya minta sedikit beras,” ujar perempuan tua itu
sambil melirik beras yang bertumpuk di halaman.
“Mana
beras? Saya tidak punya beras, karung-karung itu bukan beras, tapi pasir,” ujar
orang kaya itu.
Pengemis
tua tertunduk sedih, Ia pun beranjak pergi dengan langkah gontai. Kejadian itu
disaksikan langsung oleh Syekh Malik. Ternyata apa yang digunjingkan orang
tentang kekikiran muridnya ini benar adanya. Syekh Malik bergumam dalam hati,
dan iapun berdo’a. Pembicaraan yang sempat tertunda dilanjutkan kembali.
Tiba-tiba
ramah-tamah antara murid dan guru itu terhenti dengan teriakan salah seorang
pembantu orang kaya itu.
“Celaka tuan, celaka!
Saya tadi mengecek beras, ternyata beras kita sudah berubah jadi pasir. Saya
periksa karung lain, isinya pasir juga. Ternyata tuan, semua beras yang ada di
sini telah menjadi pasir!” Pembantu itu dengan suara bergetar melaporkan.
Orang
kaya itu kaget, segera ia beranjak dari duduknya, dihampirinya beras-beras yang
merupakan harta kekayaannya itu. Ternyata benar, beras itu telah berubah
menjadi pasir. Seketika tubuh orang kaya itu lemas. Ia pun bersimpuh menangis.
Syekh
Malik lalu menghampirinya. “Bukankah engkau sendiri yang mengatakan bahwa beras
yang kau miliki itu pasir, kenapa kau kini menangis?” Syekh Malik menyindir
muridnya yang kikir itu.
“Maafkan
saya Sunan. Saya mengaku salah. Saya berdosa!” Si murid meratap bersimpuh di
kaki Syekh Malik.
Syekh
Malik tersenyum, “Alamatkan maafmu kepada Allah dan pengemis tadi. Kepada
merekalah permintaan maafmu seharusnya kau lakukan,” ujar Syekh Malik lagi.
Penyesalan
yang dalam langsung menyergap orang kaya itu. Dalam hati ia mengutuk dirinya
sendiri yang telah berbuat kezaliman. Kepada Syekh Malik ia berjanji akan
mengubah semua perbuatannya. Ia mohon juga agar berasnya bisa kembali lagi
seperti semula. Kekikirannya ingin ia buang jauh-jauh dan menggantinya dengan
kedermawanan.
Syekh
Malik kembali berdo’a, dan dengan izin Allah, beras yang telah berubah menjadi
pasir itu menjadi beras kembali. Hidayah dan kekuatan yang berasal dari Allah
memungkinkan kejadian itu.
Orang
kaya tersebut tidak membohongi lisannya. Ia berubah menjadi dermawan, tak
pernah lagi ia menolak pengemis yang datang. Bahkan ia mendirikan mushalla dan
majelis pengajian serta fasilitas ibadah lainnya.
Itulah
kisah salah satu karomah yang dimiliki oleh Sunah Gresik, baca juga asal usul
Sunan Giri yang akan saya share besok. Semoga bermanfaat!
0 Comments