Asal Usul Masjid JIN di MAKKAH

Pada tulisan kali ini kami akan menceritakan sebuah kisah tentang Masjid Jin, kenapa namanya kog masjid Jin? Padahal tampat di dunia manusia. Penamaan masjid tersebut dengan Masjid Jin terkait erat dengan suatu peristiwa yang sangat langka dan penting yang berkaitan dengan bangsa jin dan dakwah Islam. Peristiwa yang dimaksud adalah masuk Islamnya serombongan jin di masjid tersebut setelah mendengar dan menghayati lantunan ayat-ayat suci Alquran yang dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW. Masjid Jin ini terletak di Kampung Ma’la, tidak jauh dari pekuburan Kota Makkah.
Pada kesempatan itu, para jin berbaiat (berjanji setia) untuk beriman kepada Allah SWT, mengikuti ajaran Islam, dan menyebarkan agama Allah di kalangan mereka. Oleh sebab itu, masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Al-Bai’ah, yakni masjid tempat serombongan jin melakukan baiat.
Peristiwa besar ini diungkapkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)!” 
“Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Alquran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” 
“Hai kaum kami terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahqaf 29-32)
Dalam suatu riwayat yang dimuat Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi yang berasal dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa peristiwa pertemuan antara Rasulullah SAW dan serombongan jin itu terjadi ketika Rasulullah SAW dan serombongan sahabat sedang dalam perjalanan menuju pasar Ukkadz.
Ketika sampai di daerah Tihamah, Rasulullah SAW dan rombongannya berhenti untuk melaksanakan Shalat Fajar. Rupanya, shalat Fajar yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat tersebut mengakibatkan terhalangnya berita-berita langit yang biasa dicuri dengar oleh para syetan (jin yang kafir). Bahkan, syetan-syetan (jin-jin kafir) yang sedang mencoba mencuri berita tersebut mendapat lemparan bintang- bintang sehingga terpaksa pulang ke tempat kaumnya.
Sesampai di tempat kaumnya, syetan-syetan (jin-jin kafir) tersebut ditanya oleh kaumnya, “Apa yang menyebabkan kalian terhalang mendapat berita langit?”
Mereka menjawab, “Kami terhalang mendapatkan berita langit, bahkan kami dikejar oleh bintang-bintang.”
Kaum syetan menjawab, “Tidak mungkin ada halangan antara kita dengan berita langit. Pasti ini ada sebabnya!”
Pimpinan mereka memerintahkan, “Menyebarlah kalian ke barat dan ke timur. Carilah penghalang tersebut!”
Lalu syetan-syetan (jin-jin) tersebut menyebar ke seluruh pelosok jagad mencari penyebab terhalangnya berita langit tersebut. Sebagian di antara mereka sampai ke daerah Tihamah tempat Rasulullah SAW dan para sahabat berhenti. Ketika itu Rasulullah SAW tengah melakukan shalat Subuh.
Para jin tersebut mendengar dan memerhatikan dengan seksama bacaan Rasulullah SAW. Kemudian mereka berkata, “Demi Allah, pasti inilah yang menyebabkan kita terhalang dari berita langit.”
Mereka sangat kagum terhadap ayat-ayat Alquran yang mereka dengar. Mereka mengimaninya. Mereka lalu pulang ke kaumnya dan menyampaikan kejadian yang mereka alami. Kaum mereka pun menerima dan mengimani ajaran yang dibawa tersebut.
Peristiwa ini pula yang melatarbelakangi turunnya Alquran surat Al-Jin ayat 1. Ayat ini menginfomasikan kepada Nabi Muhammad SAW tentang peristiwa alam gaib yang terjadi di sekeliling Rasulullah SAW dan para sahabat ketika itu. Rasulullah SAW kemudian menyampaikan pemberitahuan Allah SWT tersebut kepada para sahabat dan umat Islam.
Dalam surat Al-Jin, Allah SWT memberikan informasi, “Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Alquran), lalu mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman ke padanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.”
Kata jin secara kebahasaan mengandung makna ketertutupan atau ketersembunyian. Para pakar memberikan bermacam-macam definisi tentang jin. Muhammad Farid Wajdi menyatakan jin adalah makhluk yang terbuat dari hawa atau api, berakal, tersembunyi, dapat membentuk diri dengan berbagai bentuk, dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berat.
Kata syaithan termasuk juga yang menunjuk kepada makna jin karena syaitan itu terdiri dari jin dan manusia. Sedangkan kata khannas merupakan salah satu macam syaitan yang juga terdiri dari manusia dan jin.
Jin tercipta dari bahan dasar berupa api, berkembang biak, dan membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Jin diciptakan oleh Allah berpasangan. Ada jin laki-laki atau jantan dan ada pula jin perempuan atau betina. Jin mempunyai keinginan dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual.
Oleh sebab itu, jin juga dapat melahirkan keturunan dan selanjutnya membentuk kelompok atau masyarakat jin. Jin mempunyai beberapa kemampuan yang di antaranya melebihi kemampuan yang dimiliki manusia. Misalnya, jin dapat menjelajahi ruang angkasa dan menyadap berita-berita langit.
Jin juga mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Di antara tentara dan pekerja Nabi Sulaiman, terdapat golongan jin dan syaitan yang bertugas melakukan beberapa jenis pekerjaan berat, seperti mendirikan bangunan, patung-patung, piring-piring besar, dan menyelami lautan.
Bangsa jin sebagaimana yang dijelaskan di ataslah yang bertemu dengan Rasulullah SAW di kampung Ma’la di dekat daerah Tihamah. Untuk mengabadikan peristiwa unik dan penting tersebut, dibangun sebuah masjid berukuran sedang yang dikenal dengan nama Masjid Jin.

Post a Comment

0 Comments