Ibu adalah sekolah pertama bagi setiap anak, orang yang
tak pernah bisa melihat anak-anaknya menangis dalam kesulitan.
Ini adalah kisah betapa besarnya kasih sayang seorang
ibu kepada buah hatinya, yang tak akan pernah luntur di kikis kerasnya ombak
kehidupan.
Pada masa Rasulullah SAW hidup seorang anak muda
bernama Al-Qomah, Al-Qomah adalah termasuk dari sekian sahabat Nabi saw yang
baik dan pemuda yang sangat rajin beribadah. Pada suatu hari secara tiba tiba
ia jatuh sakit. Isterinya menyuruh seseorang memberi kabar kepada Rasulallah
saw tentang keadaan suaminya yang sakit keras dan dalam keadaan sakaratul maut.
Lalu Rasulallah saw menyuruh Ali, Bilal ra dan dan
beberapa sahabat lainya melihat keadaan Al-qomah. Begitu mereka sampai di rumah
Alqomah, mereka melihat keadaanya sudah krisis tidak ada harapan hidup.
Kemudian mereka segera membantunya membacakan kalimah syahadat (la ilaha
illaah) dihadapanya, tetapi lidah Alqomah tidak mampu menyebutnya.
Setelah melihat keadaan Alqomah yang semakin
menghampiri akhir ajalnya dan semakin parah ditambah lagi ia tidak mampu
mengucapkan kalimat syahadat, mereka menyuruh Bilal memberitahukan Rasulallah
saw. Maka Bilal menceritakan kepada beliau segala hal yang terjadi atas diri
Al-Qomah.
Lalu Rasulallah saw bertanya kepada Bilal, “Apakah ayah
Al-Qomah masih hidup?” Bilal pun menjawab, “Tidak ya Rasulallah, ayahnya sudah
meninggal, tetapi ibunya masih hidup dan sangat tua usianya.”
Kemudian Rasulallah saw berkata lagi, “Pergilah kamu ya
Bilal menemui ibunya, sampaikan salamku dan katakan kepadanya kalau ia bisa
datang menjumpaiku. Kalau dia tidak bisa berjalan, katakan aku akan datang ke
rumahnya menjumpainya.”
Bilal tiba di rumah ibu Alaqomah, ibunya mengatakan
bahawa dia ingin menemui Rasulallah saw. Lalu ia mengambil tongkat dan terus
berjalan menuju ke rumah beliau.
Setibanya disana ibu Al-Qamah memberi salam dan duduk
di hadapan Rasulallah saw. Kemudian Rasulallah saw membuka pembicaranya,
“Ceritakan kepadaku yang sebenarnya tentang anakmu Al-Qomah. Jika kamu
berdusta, niscaya akan turun wahyu kepadaku,”
Dengan rasa sedih ibunya bercerita, “Ya Rasulallah,
sepanjang masa, aku melihat Al-Qomah adalah laki-laki dewasa, laki-laki yang
cerdas, sholeh dan selalu melakukan perintah Allah dengan sempurna, sangat
rajin beribadat. Shalat dan puasa tidak pernah ditinggalkannya dan sangat suka
bersedekah
“Ya Rasullah, semenjak aku mendapat kabar gembira
tentang kehamilanku aku membawa Al-Qamah 9 bulan di perutku. Tidur, berdiri,
makan dan bernafas bersamanya. Akan tetapi semua itu tidak mengurangi cinta dan
kasihku kepadanya.”
“Ya Rasulallah, aku mengandungnya dalam kondisi lemah
di atas lemah, tapi aku begitu gembira dan puas setiap aku rasakan perutku
semakin hari semakin bertambah besar dan ia dalam keadaan sehat wal afiat dalam
rahimku.”
“Kemudian tiba waktu melahirkanya ya Rasulallah. Pada
saat itu aku melihat kematian di mataku.. hingga tibalah waktunya ia keluar ke
dunia. Iapun lahir. Aku mendengar ia menangis maka hilang semua sakit dan
penderitaanku bersama tangisannya.”
Ibu Al-qamah mulai menangis, lalu ia melanjutkan
ceritanya, “Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti
bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu aku setia menjadi pelayannya yang
tidak pernah lalai menjadi pendampingnya yang tidak pernah berhenti. Aku tidak
pernah lelah mendo’akannya agar ia mendapat kebaikan dan taufiq dari Allah.”
” Ya Rasulallah, aku selalu memperhatikannya hari demi
hari hingga ia menjadi dewasa. Badannya tegap, ototnya kekar, kumis dan jambang
telah menghiasi wajahnya. Pada saat itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan
untuk mencari pasangan hidupnya.”
Kemudian ia melanjutkan ceritanya, “Tapi sayang ya
Rasulallah, setelah ia beristri aku tidak lagi mengenal dirinya, senyumnya yang
selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah hilang, dan tawanya
telah tenggelam. Aku benar-benar tidak mengenalnya lagi karena ia telah
melupakanku dan melupakan hakku.”
“Aku tidak mengharap sesuatu darinya ya Rasulallah,
yang aku harapkan hanya aku ingin melihat rupanya, rindu dengan wajahnya. Ia
tidak pernah menghapiriku lagi. Ia tidak pernah menanyakan halku, tidak
memperhatikanku lagi. Seolah olah aku dibuang di tempat yang jauh.”
“Ya Rasulallah, aku ini tidak meminta banyak darinya,
dan tidak menagih kepadanya yang bukan-bukan. Yang aku pinta darinya, jadikan
aku sebagai sahabat dalam kehidupannya. Jadikanlah aku sebagai pembantu di
rumahnya, agar bisa juga aku bisa menatap wajahnya setiap saat. Sayangnya dia
lebih mengutamakan isterinya daripada diriku dan menuruti kata-kata isterinya
sehingga dia menentangku.”
Rasulallah saw sangat terharu mendengar cerita ibu
Al-Qamah. Kemudia beliau menyuruh Bilal mencari kayu bakar utuk membakar
Al-Qomah hidup hidup. Begitu Ibu Al-Qamah mendengar perintah tersebut, iapun
berkata dengan tangisan dan suara yang terputus putus, “Wahai Rasullullah, kamu
hendak membakar anakku di depan mataku? Bagaimana hatiku dapat menerimanya? Ya
Rasulallah, walaupun usiaku sudah lanjut, punggungku bungkuk, tangganku
bergetar. Walaupun ia tidak pernah menghapiriku lagi tapi cintaku kepadanya
masih seperti dulu, masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Janganlah
kamu bakar anakku hidup hidup”
Rasulallah saw bersabda “Siksa Allah itu lebih berat
dan kekal. Karena itu jika kamu ingin Allah mengampuni dosa anakmu itu, maka
hendaklah kamu mengampuninya. Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidak akan
berguna sholatnya, puasanya dan sedekahnya, semasih kamu murka kepadanya.”
Kemudian ibu Al-Qomah mengangkat kedua tangannya dan
berdoa, “Ya Rasullullah, aku bersaksi kepada Allah yang di langit dan bersaksi
kepadamu ya Rasullullah dan mereka-mereka yang hadir disini bahwa aku aku telah
ridho pada anakku Al-Qomah.”
Lalu Rasulallah saw mengarah kepada Bilal ra dan
berkata, “Pergilah kamu wahai Bilal, dan lihat kesana keadaan Al-Qomah apakah
ia bisa mengucapkan syahadat atau tidak? Aku khawatir, kalau-kalau ibu Al-Qomah
mengucapkan itu semata-mata karena aku dan bukan dari hatinya,”
Bilal pun sampai di rumah Alqomah, tiba-tiba terdengar
suara Al-Qomah menyebut, “La ilaha illallah”. Lalu Bilal masuk sambil berkata,
“Wahai semua orang yang berada di sini. Ketahuilah sesungguhnya kemarahan
seorang ibu kepada anaknya bisa membuat kemarahan Allah, dan ridho seorang ibu
bisa membuat keridhoan-Nya .” Maka Al-Qomah telah wafat pada waktu dan saat
yang sangat baik baginya”
Lalu Rasulallah saw segera pergi ke rumah Al-Qomah.
Para sahabat memandikan, kafankan dan menyolatinya diimami oleh Rasulallah saw.
Sesudah dikuburkan beliau bersabda sambil berdiri didekat kubur, “Wahai sahabat
Muhajirin dan Ansar. Siapa yang mengutamakan isterinya dari ibunya, maka dia
akan dilaknat oleh Allah dan semua ibadahnya tidak diterima Allah.”
Wallahu’alam