Beliau dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun gajah dan
umurnya lebih lebih muda dari Nabi selama sepuluh tahun karena Nabi dilahirkan
pada tahun gajah yaitu tanggal 20 April 571M. Dengan demikian Abdurrahman
dilahirkan pada tahun 581M. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Amru dan
dalam satu pendapat lain Abdul Ka'bah. Lalu Nabi SAW. menggantikannya menjadi
Abdurrahman. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin
Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah al-Qurasyi al-Zuhri. Nasabnya
bertemu dengan Nabi SAW. pada Kilab bin Murrah. Kinayahnya adalah Abu Muhammad
sedangkan laqabnya al-Shadiq al-Barr. Ibunya bernama Asysyifa binti 'Auf bin
Abdu bin al-Harits bin Zuhrah.
Jika Rasulullah SAW pernah mengumumkan ada sepuluh sahabat yang
dijanjikan bakal masuk surga, maka nama Abdurrahman bin ‘Auf termasuk di
dalamnya. Nabi menyebut namanya di sela-sela nama para sahabat agung yang lain,
tak terkecuali empat pengganti Rasulullah (al-khulafaur rasyidun).
Saat kabar atau hadits itu sampai di telinga Abdurrahman bin ‘Auf,
dadanya tak latas membusung. Ia justru gemetar takut. Suasana batin semacam ini
berlangsung terus-menerus hingga ia memberanikan diri menemui Rasulullah.
Abdurrahman bin ‘Auf sendiri adalah kerabat Nabi. Silsilah
keturunan mereka berdua bertemu di generasi keenam ke atas, yakni Kilab bin
Murrah. Namun demikian, kedekatan hubungan darah tak serta-merta mengurangi
sikap takzim Abdurrahman kepada Sang Utusan Allah.
Abdurrahman bin ‘Auf masih terus terngiang dengan perkataan
Rasulullah ketika akan berjumpa dengan sumber ucapan itu. Kerendahan
hatinya lah yang membuat hatinya diliputi kecemasan lantaran kabar yang
mengistimewakan dirinya di antara para sahabat ternama itu.
“Allah telah memberimu hutang yang indah, yang membebaskan kedua
kakimu,” tutur Rasulullah sebagaimana tercatat dalam kitab At-Thabaqatul Kubra
karya Syaikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani.
Melalui Nabi, Jibril lantas memberinya pesan anjuran kepada
Abdurrahman bin ‘Auf untuk senantiasa memuliakan tamu, memberi makan kaum
miskin, dan membantu orang-orang yang butuh pertolongan. “Jika semua perbuatan
ini dilakukan maka lunas lah hutang-hutang tersebut.”
Abdurrahman bin ‘Auf sejak awal terkenal sebagai orang yang super
dermawan. Ia pernah menyedekahkan 700 rahilah, yang mayoritas untuk para faqir
dan miskin. Rahilah adalah jenis unta tunggangan yang harganya lebih mahal dari
unta biasa. Abdurrahman memberikannya beserta barang bawaan dan pelana berikut
alasnya.
Di mata Rasulullah, Abdurrahman istimewa salah satunya karena
kepedulian sahabat as-sabiqunal awwalun (golongan orang pertama masuk Islam)
ini terhadap masyarakat lemah. Hatinya tetap lapang meski harta bendanya banyak
didermakan untuk kepentingan itu.
Suatu kali Rasulullah pernah dari arah belakang mengalungkan
serban dan menutupi kedua bahu Abdurrahman bin ‘Auf. “Inilah hamba yang
shalih,” lisan Nabi yang lembut melontarkan pujian.
Abdurrahman bin ‘Auf merupakan orang dengan ketawadukan yang luar
biasa. Karenanya, berita bahagia yang mengistimewakan dirinya pun direspon
dengan rasa khawatir. Bukan tak percaya atau tak suka. Baginya, di hadapan
Tuhan dirinya tak ada apa-apanya. Karakter ini seolah menjadi tamparan keras
bagi orang atau kelompok yang merasa paling benar dan mulia meski tanpa jaminan
surga.
Al-Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin ‘Auf wafat pada tahun 32
hijriyah dan disemayamkan di Baqi’, Madinah, dekat dengan makam Rasulullah SAW.
0 Comments