Sebagai mana kita ketahui setelah Islamnya Umar Bin Khatab,
ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang
kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya
Nabi Muhammad SAW.
Umar diangkat menjadi Khalifah setelah mengantikan Khalifah
pertama Abu Bakar AS-Siddiq. Dia adalah khalifah yang disayangi oleh Umat. Dia
dikenal sebagai pemimpin yang adil dan penyayang kepada umat. Dia juga pemimpin
pelindung pada kaum minoritas.
Dalam suatu riwayat dikisahkan di masa kepemimpinan beliau,
Mesir dipimpin oleh seorang Gubernur yang kehidupannya sangat kaya bagaikan
kaisar. Ia bernama Amr bin Ash. Saat itu sang gubernur ingin membangun sebuah
masjid di samping istananya yang megah, tetapi di wilayah akan dibangunnya
masjid, ada gubuk reyot milik seorang yahudi.
Gubernur Amr bin ‘Ash lalu memanggil orang Yahudi itu dan
meminta agar dia mau menjual gubuknya. Akan tetapi orang Yahudi itu tidak
berniat untuk menjualnya. Kemudian gubernur Amr bin ‘Ash memberikan penawaran
yang cukup tinggi dengan harga lima belas kali lipat dari harga pasaran, tetapi
tetap saja orang Yahudi itu menolak untuk menjualnya.
Gubernur Amr bin ‘Ash kesal dan akhirnya karena berbagai
cara telah dilakukan dan hasilnya buntu, maka sang gubernur pun menggunakan
kekuasaannya dengan memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat
pembongkaran dan akan menggusur paksa lahan tersebut. Sementara si Yahudi tua
itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan kemudian dia berniat untuk
mengadukan kesewenang-wenangan gubernur Mesir itu pada Khalifah Umar bin
Khattab.
Di sepanjang jalan menuju Madinah, Yahudi itu berpikir
bagaimana sosok sang khalifah, apakah ia sama sikapnya dengan sang gubernur.
Hingga akhirnya ia sampai di kota Madinah. Ia bertemu dengan seorang pria yang
duduk di bawah pohon kurma. Ia bertanya, “ Wahai tuan, tahukah anda dimana
khalifah?”
Lelaki itu menjawab, “Ada apa kau mencarinya?”
“Aku ingin mengadukan sesuatu.” Jawabnya. Ia bertanya lagi,
“Dimanakah istananya?”.
“Ada diatas lumpur.”jawab lelaki itu.
Yahudi itu bingung atas jawabannya kemudian ia bertanya
lagi, “Lalu, siapa pengawalnya?”
“Pengawalnya orang-orang miskin, anak yatim dan janda-janda
tua.”.
Yahudi itu bertanya lagi, “Lalu pakaian kebesarannya apa?”.
“Pakaian kebesarannya adalah malu dan taqwa.”
Yahudi itu bertanya lagi,”Dimana ia sekarang?”
Lelaki itu menjawab, “Ada di depan engkau.”
Sungguh kaget Yahudi itu. Ternyata yang sejak tadi ia tanya
adalah seorang Khalifah, ia ceritakan segala apa yang dilakukan oleh Gubernur
Mesir padanya.
Laporan tersebut membuat Khalifah Umar bin Khattab marah dan
wajahnya menjadi merah padam. Setelah amarahnya mereda, kemudian orang Yahudi
itu diminta untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah, lalu
diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah Umar bin
Khattab kemudian menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari
atas ke bawah dan di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan
ujung pedang, lalu tulang itu pun diserahkan kembali kepada orang Yahudi
tersebut sambil berpesan: “Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir dan berikanlah
kepada Gubernur Amr bin ‘Ash”, jelas Khalifah Umar bin Khattab.
Si Yahudi itu kebingungan ketika diminta untuk membawa
tulang yang telah digores dan memberikannya kepada Gubernur Amr bin ‘Ash.
Gubernur Amr bin ‘Ash yang menerima tulang tersebut, langsung tubuhnya
menggigil kedinginan serta wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amr bin
‘Ash mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar kembali masjid yang sedang
dibangun dan membangun kembali gubuk yang reyot milik orang Yahudi itu.
“Bongkar masjid itu!”, teriak Gubernur Amr bin Ash gemetar.
Orang Yahudi itu merasa heran dan tidak mengerti tingkah
laku Gubernur. “Tunggu!” teriak orang Yahudi itu.
“Maaf Tuan, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari
apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan berani memutuskan
untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak
mengerti!”, kata orang Yahudi itu lagi.
Gubernur Amr bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil
berkata: “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”
“Mengapa ini bisa terjadi. Aku hanya mencari keadilan di
Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk
tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.
“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan
tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab. Artinya, “Apa pun
pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini,
karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas
dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti
goresan tulang ini, maka Khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala
saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash.
Orang Yahudi itu tunduk terharu dan terkesan dengan keadilan
dalam Islam.
“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh aku rela
menyerahkan tanah dan gubuk itu. Bimbinglah aku dalam memahami ajaran Islam!”.
Yahudi itu mengucapkan syahadat dan ia mengikhlaskan
gubuknya sebagai area masjid. Itulah Khalifah Umar, seorang Yahudi masuk islam
berkat keadilan dari Umar.
0 Comments